This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

[Berita keren] JA’FAR ASH-SHADIQ IMAM AHLUSSUNNAH

JA’FAR ASH-SHADIQ IMAM AHLUSSUNNAH kopas99.blogspot.com - Tokoh dari kalangan ahlul bait Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ni dicatut oleh Syiah sebagai tokoh sekte mereka, sebagai imam keenam dlm keyakinan Syiah Itsna Ayriyah, padahal jauh panggang dari api. Akidahnya sangat berbeda jauh dgn akidah sekte Syiah. Nasab dan Kepribadiannya Ia adlh Ja’far bin Muhammad bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abu Thalib. Lahir di Madinah tahun 80 H dan wafat di kota yg sama pd tahun 148 H, dlm usia 68 tahun. Ash-Shadiq merupakan gelar yg selalu tersemat kepadanya, karena ia terkenal dgn kejujurannya dlm hadis, ucapan, dan tindakan. Ia tak dikenal berdusta. Tidak hanya pd Syiah, gelar ni jg masyhur di kalangan umat Islam. Syaikhul Islam sering menyebutnya dgn gelar ini. Laqob lain yg menempel pd Ja’far adlh al-imam dan al-faqih, karena memang ia adlh seorang ulama dan tokoh panutan dari kalangan ahlul bait. Tapi yg membedakan keyakinan umat Islam dgn keyakinan Syiah, bahwa menurut umat Islam Ja’far ash-Shadiq bukanlah imam yg ma’shum, bebas dari kesalahan dan dosa. Imam Ja’far ash-Shadiq dikarunia beberapa orang anak, mereka adlh Isma’il (dijadikan imam oleh Syiah Ismailiyah), Ismail adlh putra tertuanya, wafat pd tahun 138 H, saat ayahnya masih hidup. Kemudia Abdullah, dari Abdullah inilah terambil kun-yah Ja’far, Abu Abdullah. Kemudian Musa, ia dijadikan oleh Syiah Itsna Asyriyah sebagai imam yg ketujuh setelah Ja’far. Kemudian Ishaq, Muhammad, Ali, dan Fatimah. Ja’far dikenal sebagai seorang yg dermawan dan sangat murah hati. Sifat ni seakan warisan dan tradisi dari keluarga yg mulia ini. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yg paling murah hati di antara keluarga ini. Dalam hal kedermawanan, ia jg mewarisi sifat kakeknya Ali Zainal Abidin yg terkenal dgn bersedekah secara sembunyi-sembunyi. Kisah yg masyhur tentang Ali Zainal Abidin bahwa pd malam hari yg gelap, ia memanggul sekarung gandum, daging, dan membawa uang dirham di atas pundaknya, lalu ia bagikan kepada orang-orang yg membutuhkan dari kalangan orang-orang fakir dan miskin di Kota Madinah. Keadaan demikian tak diketahui oleh orang-orang yg mendapat pemberiannya sampai ia wafat dan penduduk Madinah merasa kehilangan dgn sosok misterius yg senantiasa membagi-bagikan uang dan makanan di malam hari. Perjalanan Keilmuannya Ja’far ash-Shadiq menempuh perjalanan ilmiahnya bersama dgn ulama-ulama besar. Ia sempat menjumpai sahabat-sahabat Nabi yg berumur panjang, seperti: Sahl bin Sa’id as-Sa’idi dan Anas bin Malik radhiallahu ‘anhuma. Dia jg berguru kepada tokoh-tokoh utama tabi’in seperti Atha bin Abi Rabah, Muhammad bin Syihab az-Zuhri, Urwah bin Zubair, Muhammad bin al-Munkadir, Abdullah bin Rafi’, dan Ikrimah maula Ibnu Abbas. Dia jg meriwayatkan dari kakeknya al-Qasim bin Muhammad bin Abi Bakr. Mayoritas ulama yg ia ambil hadisnya berasal dari Kota Madinah. Mereka adlh ulama-ulama tersohor, tsiqah, memiliki ketinggian dlm amanah dan kejujuran. Adapun murid-muridnya yg paling terkenal adlh Yahya bin Sa’id al-Anshari, Aban bin Taghlib, Ayyub as-Sikhtiyani, Ibnu Juraij, dan Abu Amr bin al-‘Ala. Demikian jg imam darul hijrah, Malik bin Anas al-Ashbahi, Sufyan ats-Tsauri, Syu’bah bin al-Hajjaj, Sufyan bin Uyainah, Muhammad bin Tsabit al-Bunani, Abu Hanifah, dan masih banyak lagi. Para imam hadis -kecuali Imam Bukhari- meriwayatkan hadis melalui jalurnya di kitab-kitab mereka. Sementara Imam Bukhari meriwayatkan hadis melalui jalurnya pd kita selain ash-Shahih. Berkat keilmuan dan kefaqihannya, sanjungan para ulama pun mengarah kepadanya: Abu Hanifah mengatakan, Tidak ada orang yg lebih faqih daripada Ja’far bin Muhammad. Abu Hatim ar-Razi dlm al-Jarh wa at-Ta’dil, 2: 487 berkata, (Dia) tsiqah, tak perlu dipertanyakan kualitas orang sekaliber dia. Ibnu Hibban berkomentar, Dia termasuk tokoh dari kalangan ahlul bait, ahli ibadah dari kalangan atba’ at-tabi’in, dan ulama Madinah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah memujinya dgn ungkapan, Sesungguhnya Ja’far bin Muhammad termasuk imam, berdasarkan kesepakatan Ahlussunnah (Minhaju as-Sunnah, 2:245). Demikian sebagian kutipan dari para ulama yg meuji kedudukan Ja’far bin Muhammad ash-Shadiq. Ja’far ash-Shadiq Tidak Mencela Abu Bakar dan Umar Orang-orang Syiah bersikap berlebihan terhadap Ja’far ash-Shadiq. Mereka mendaulatnya sebagai imam keenam. Pengakuan mereka ni hanyalah klaim sepihak saja. Buktinya, apa yg Ja’far ash-Shadiq yakini dan ia katakan sangat jauh berbeda dgn keyakinan-keyakinan Syiah. Misalnya sikap Ja’far ash-Shadiq terhadap Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar al-Faruq. Besarnya kecintaan Ja’far kepada kedua tokoh Islam ni tak perlu dipertanyakan lagi. Abdul Jabbar bin al-Abbas al-Hamdani berkatam Sesungguhnya Ja’far bin Muhammad menghampiriku saat hendak meninggalkan Madinah. Ia berkata, ‘Sesungguhnya kalian, insya Allah termasuk orang-orang shaleh di Madinah. Maka tolong sampaikan (kepada orang-orang), barangsiapa yg menganggapku sebagai imam ma’shum yg wajib ditaati, maka aku berlepas diri darinya. Barangsiapa yg menduga aku berlepas diri dari Abu Bakar dan Umar, maka aku pun berlepas diri darinya’, Ad-Daruquthni meriwayatkan dari Hanan bin Sudair, ia berkata, Aku mendengar Ja’far bin Muhammad saat ditanya tentang Abu Bakar dan Umar, ia berkata, ‘Engkau bertanya tentang orang yg telah menikmati buah-buahan surga?’ Pernyataan Ja’far ni sangat jelas bertolak belakang dgn keyakinan orang-orang Syiah yg mencela dan memaki Abu Bakar dan Umar serta mayoritas sahabat lainnya dan menjadikan hal itu sebagai ibadah untk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ja’far ash-Shadiq tak mungkin mencela mereka. Ibunya, Ummu Farwa adlh putri al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar ash-Shiddiq. Sementara neneknya dari jalur ibunya adlh Asma’ binti Abdurrahman bin Abu Bakar ash-Shiddiq. Apabila anak-anak Abu Bakar ni adlh paman-pamannya dan Abu Bakar sendiri adlh kakeknya dari dua sisi, maka sulit dibayangkan seorang Ja’far ash-Shadiq yg berilmu dan shaleh ni melontarkan cacian dan makian kepada kakeknya, Abu Bajar ash-Shiddiq. Klaim Bohong Syiah Pada masa Ja’far, bid’ah al-Ja’d bin Dirham dan pengaruh Jahm bin Shafwan telah menyebar. Sebagian kaum muslimin terpengaruh dgn akidah Alquran sebagai makhluk, akan tetapi Ja’far bin Muhammad mengatakan, Bukan Khaliq (pencipta), bukan jg makhluk, tetapi kalamullah. Akidah dan pemahaman seperti ni bertentangan dgn golongan Syiah yg mengamini Mu’tazilah, dgn pemahaman akidahnya, Alquran adlh makhluk. Artinya prinsip akidah yg dipegangi oleh Ja’far ash-Shadiq merupakan prinsip-prinsip yg diyakini para imam Ahlussunnah wal Jamaah, dlm penetapan sifat-sifat Allah. Yaitu menetapkan sifat-sifat kesempurnaan bagi Allah sebagaimana yg ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya, serta menafikan sifat-sifat yg dinafikan Allah dan Rasul-Nya. Ibnu Taimiyah berkata, Syiah Imamiyah (Itsna Asyriyah), mereka berselisih dgn ahlul bait dlm kebanyakan pemahaman akidah mereka. Dari kalangan imam ahlul bait seperti Ali bin Husein, Muhammad bin Ali, Ja’far bin Muhammad ash-Shadiq, dll. tak ada yg mengingkari keyakinan melihat Allah di hari kiamat, tak ada yg meyakini Alquran adlh makhluk, / mengingkari takdir, / menyatakan Ali merupakan khalifah resmi (sepeninggal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam), tak ada yg mengakui imam yg dua belas adlh ma’shum / mencela Abu Bakar dan Umar. Orang-orang Syiah jg berdusta dgn meyakini bahwa Ja’far ash-Shadiq adlh imam yg kekal abadi, tak akan pernah mengalami kematian. Hingga saat ini, menurut mereka Ja’far ash-Shadiq telah menulis banyak karya untk mendakwahkan ajaran Syiah. Di antara buku yg diklaim Syiah sebagai karya Imam Ja’far adlh Rasailu Ikhwani ash-Shafa, al-Jafr (buku yg memberitakan peristiwa-peristiwa yg akan terjadi), ‘Ilmu al-Bithaqah, Ikhtilaju al-A’dha, Qiraatu al-Quran fi al-Manam, dll. Sebuah prinsip yg harus kita pegang adlh kita tak menerima suatu perkataan pun dari Ja’far ash-Shadiq dan imam-imam yg lain, kecuali dgn sanad yg bersambung, diriwayatkan dari orang-orang yg terpercaya, dan didukung dalil, maka baru perkataan tersebut bisa kita terima. Dan yg perlu diketahui, pd masa hidup Ja’far ash-Shadiq adlh masa-masa yg kering dari karya tulis (80-148 H). Ibnu Taimiyah mengatakan, Syariat mereka (Syiah) tumpuannya berasal dari riwayat sebagian ahlul bait seperti Abu Ja’far al-Baqir, Ja’far bin Muhammad ash-Shadiq, dan lainnya. Tidak diragukan lagi, mereka (yang dijadikan Syiah sebagai tumpuan riwayat) adlh orang-orang pilihan milik kaum muslimin dan imam-imam umat ini. Ucapan-ucapan mereka mempunyai kemuliaan dan nilai yg pantas didapatkan oleh orang-orang seperti mereka. Tapi sayang, banyak nukilan dusta banyak disematkan kepada mereka. Kaum Syiah tak memiliki kapasitas dlm hal periwayatan. Mereka layaknya ahlul kitab (Yahudi dan Nasrani), semua riwayat-riwayat yg mereka jumpai dlm buku-buku mereka, langsung mereka terima (tanpa selesksi). Berbeda dgn Ahlussunnah, mereka mempunyai kapasitas yg mumpuni dlm ilmu periwayatan, sebagai piranti untk membedakan mana kabar yg benar dan kabar yg dusta. (Minhaj as-Sunnah, 5: 162). Diadaptasi dari muqoddimah tahqiq kitab al-Munazharah (Munazharah Ja’far bin Muhammad ash-Shadiq ma’a ar-Rafidhi fi at-Tafdhili Baina Abi Bakr wa ‘Ali) karya Imam al-Hujjah Ja’far bin Muhammad ash-Shadiq, tahqiq Ali bin Abdul Aziz al-Ali Alu Syibl. Sumber: Majalah As-Sunnah Edisi 05/X/1427H/2006M

0 Response to "[Berita keren] JA’FAR ASH-SHADIQ IMAM AHLUSSUNNAH"

Posting Komentar

Contact

Nama

Email *

Pesan *