This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

Penjelasan Tentang Namimah (adu-Adu)

kopas99.blogspot.com - Salah satu di antara sasaran yg dituju oleh Islam ialah mempererat rasa persaudaraan dgn menjalin hubungan yg penuh kemesraan dan cinta kasih antar individu. Sebaliknya Islam menganjurkan pd umatnya agar memberantas faktor-faktor yg bisa menyebabkan perpecahan dan saling membenci.
Oleh karena itu Islam melarang hal-hal yg dibenci dan yg bisa menimbulkan permusuhan serta saling membenci antara saudara seagama. Di antara hal-hal yg merusak itu ialah Namimah.Pengertian namimah ialah mengadukan perkataan seseorang kepada orang lain dgn tujuan mengadu domba antara keduanya. Perkataan yg diadukan tersebut bukanlah sembarangan perkataan, tetapi mengandung rahasia orang lainyang apabila disiarkan kepada orang lain, maka ia tak akan suka dan akan marah. Sebaiknya seorang muslim tak usah menceritakan hal-hal yg ia saksikan mengenai orang lain, lantaran bisa menimbulkan bencana. Tetapi ada suatu perkecualian, apabila dlm menceritakan perihal itu, akan membawa manfaat bagi orang lain, / bisa menolak kejahatan yg akan menimpa orang lain.
Mengadukan ucapan seseorang kepada orang lain dgn tujuan merusak adlh salah satu faktor yg menyebabkan terputusnya ikatan dan yg menyulut api kebencian serta permusuhan antar sesama manusia.
Allah mencela pelaku perbuatan tersebut dlm firmanNya,
وَ لاَ تُطِعْ كُلَّ حَلاَّفٍ مَّهِيْنٍ. هَمَّازٍ مَّشَآءٍ بِنَمِيْمٍ. مَنَّاعٍ لّلْخَيْرِ مُعْتَدٍ اَثِيْمٍ. عُتُلّ بَعْدَ ذلِكَ زَنِيْمٍ. القلم:10-13
Dan janganlah kamu ikuti tiap orang yg banyak bersumpah lagi hina, yg banyak mencela, yg kian-kemari menghambur fitnah, yg banyak menghalangi perbuatan baik, yg melampaui batas lagi banyak dosa, yg kaku kasar, selain dari itu yg terkenal kejahatannya. [QS. Al-Qalam : 10-13]
Dalam sebuah hadits marfu’ yg diriwayatkan Hudzaifah, disebutkan,
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَتَّاتٌ.
Tidak akan masuk Surga al-qattat (tukang adu domba).( Hadits riwayat Al-Bukhari, lihat Fathul Bari, 10/472. Dalam An-Nihayah karya Ibnu Atsir, 4/11 disebutkan: ...Al-Qattat adlh orang yg menguping (mencuri dengar pembicaraan), tanpa sepengetahuan mereka, lalu ia membawa pembicaraan tersebut kepada yg lain dgn tujuan mengadu domba.)
Ibnu Abbas meriwayatkan,
مَرَّ النَّبِيُّ بِحَائِطٍ مِنْ حِيْطَانِ الْمَدِيْنَةِ فَسَمِعَ صَوْتَ إِنْسَانَيْنِ يُعَذَّبَانِ فِيْ قُبُوْرِهِمَا فَقَالَ النَّبِيُّ : يُعَذَّبَانِ، وَمَا يُعَذَّبَانِ فِيْ كَبِيْرٍ -ثُمَّ قَالَ- بَلَى [وَفِيْ رِوَايَةٍ: وَإِنَّهُ لَكَبِيْرٌ] كَانَ أَحَدُهُمَا لاَ يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ، وَكَانَ اْلآخَرُ يَمْشِي بِالنَّمِيْمَةِ.
(Suatu hari) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melewati sebuah kebun di antara kebun-kebun di Madinah. Tiba-tiba beliau mendengar dua orang sedang disiksa di dlm kuburnya, lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda, Keduanya disiksa, padahal tak karena masalah yg besar (dalam anggapan keduanya) -lalu bersabda- benar (dalam sebuah riwayat disebutkan, Padahal sesungguhnya ia adlh persoalan besar.). Salah seorang di antaranya tak meletakkan sesuatu untk melindungi diri dari percikan kencingnya dan seorang lagi (karena) suka mengadu domba.( Hadits riwayat Al-Bukhari, lihat Fathul Bari, 1/317.)
Di antara bentuk namimah yg paling buruk adlh hasutan yg dilakukan seorang lelaki tentang istrinya / sebaliknya, dgn maksud untk merusak hubungan suami istri tersebut. Demikian jg adu domba yg dilakukan sebagian karyawan kepada teman karyawannya yg lain. Misalnya dgn mengadukan ucapan-ucapan kawan tersebut kepada direktur / atasan dgn tujuan untk memfitnah dan merugikan karyawan tersebut. Semua hal ni hukumnya haram.
Dalil-dalil yg Mengharamkan Namimah
Allah Subhaanahu Wata’aala berfirman:

وَ لاَ تُطِعْ كُلَّ حَلاَّفٍ مَّهِيْنٍ. هَمَّازٍ مَّشَآءٍ بِنَمِيْمٍ. مَنَّاعٍ لّلْخَيْرِ مُعْتَدٍ اَثِيْمٍ. عُتُلّ بَعْدَ ذلِكَ زَنِيْمٍ. القلم:10-13
Dan janganlah kamu ikuti tiap orang yg banyak bersumpah lagi hina, yg banyak mencela, yg kian-kemari menghambur fitnah, yg banyak menghalangi perbuatan baik, yg melampaui batas lagi banyak dosa, yg kaku kasar, selain dari itu yg terkenal kejahatannya. [QS. Al-Qalam : 10-13]
وَيْلٌ لّكُلّ هُمَزَةٍ لُّمَزَةٍ. الهمزة:1
Kecelakaanlah bagi tiap pengumpat lagi pencela. [QS. Al-Humazah:1]
وَ مَنْ يَّكْسِبْ خَطِيْئَةً اَوْ اِثْمًا ثُمَّ يَرْمِ بِه بَرِيْئًا فَقَدِ احْتَمَلَ بُهْتَانًا وَّ اِثْمًا مُّبِيْنًا. النساء:112
Dan barangsiapa yg mengerjakan kesalahan / dosa, kemudian dituduhkannya kepada orang yg tak bersalah, maka sesungguhnyaia telah berbuat suatu kebohongan dan dosa yg nyata. [QS. An-Nisaa’ :112]
لاَ خَيْرَ فِيْ كَثِيْرٍ مّنْ نَّجْويهُمْ اِلاَّ مَنْ اَمَرَ بِصَدَقَةٍ اَوْ مَعْرُوْفٍ اَوْ اِصْلاَحٍ بَيْنَ النَّاسِ، وَ مَنْ يَّفْعَلْ ذلِكَ ابْتِغَآءَ مَرْضَاتِ اللهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيْهِ اَجْرًا عَظِيْمًا. النساء:114
Tidak ada kebaikan pd kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yg menyuruh (manusia) memberi sedeqah / berbuat ma’ruf, / mengadakan perdamaian diantara manusia. Dan barangsiapa yg berbuat demikian karena mencari keridlaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yg besar. [QS. An-Nisaa’ : 114]

ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْآ اِنْ جَآءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوْآ اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِيْنَ. الحجرات:6
Hai orang-orang yg beriman, jika datang kepadamu orang fasiq membawa suatu berita, maka periksalah dgn teliti, agar kamu tak menimpakan suatu mushibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yg menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. [QS. Al-Hujuraat : 6]
Hadits-hadits Nabi SAW :
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: اْلمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ اْلمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَ يَدِهِ. وَ اْلمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللهُ عَنْهُ. البخارى 1: 8
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr dari Nabi SAW, beliau bersabda, Orang Islam itu ialah orang yangmana orang-orang Islam yg lain selamat dari perbuatan lisan dan tangannya. Dan orang yg berhijrah ialah orang yg meninggalkan apa-apa yg dilarang oleh Allah. [HR. Bukhari juz 1, hal. 8]
عَنْ اَبِى مُوْسَى رض قَالَ: قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَيُّ اْلاِسْلاَمِ اَفْضَلُ؟ قَالَ: مَنْ سَلِمَ اْلمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَ يَدِهِ.البخارى 1: 9
Dari Abu Musa RA, ia berkata : Para shahabat bertanya, Ya Rasulullah, (orang) Islam yg bagaimana yg lebih utama ?. Nabi SAW menjawab, Orang yangmana orang-orang Islam yg lain selamat dari perbuatan lisan dan tangannya. [HR. Bukhari juz 1, hal. 9]
عَنْ حُذَيْفَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لاَ يَدْخُلُ اْلجَنَّةَ نَمَّامٌ. البخارى و مسلم و ابو داود و الترمذى، فى الترغيب و الترهيب 1: 495
Dari Hudzaifah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, Tidak akan masuk surga orang yg suka berbuat namimah. [HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi, dlm Targhib wat Tarhib juz 3, hal. 495]
عَنْ هَمَّامٍ قَالَ: كُنَّا مَعَ حُذَيْفَةَ فَقِيْلَ لَهُ: اِنَّ رَجُلاً يَرْفَعُ اْلحَدِيْثَ اِلىَ عُثْمَانَ فَقَالَ حُذَيْفَةُ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ ص يَقُوْلُ: لاَ يَدْخُلُ اْلجَنَّةَ قَتَّاتٌ. البخارى 7: 86
Dari Hammam, ia berkata : Dahulu kami bersama Hudzaifah, lalu dikatakan kepadanya bahwa ada seorang laki-laki yg suka melaporkan pembicaraan kepada ‘Utsman, maka Hudzaifah berkata : Saya mendengar Nabi SAW bersabda, Tidak akan masuk surga orang yg suka berbuat namimah. [HR. Bukhari juz 7, hal. 86]
عَنْ هَمَّامِ بْنِ اْلحَارِثِ قَالَ: كَانَ رَجُلٌ يَنْقُلُ اْلحَدِيْثَ اِلَى اْلاَمِيْرِ. فَكُنَّا جُلُوْسًا فِى اْلمَسْجِدِ، فَقَالَ اْلقَوْمُ: هذَا مِمَّنْ يَنْقُلُ اْلحَدِيْثَ اِلَى اْلاَمِيْرِ؟ قَالَ: فَجَاءَ حَتّى جَلَسَ اِلَيْنَا، فَقَالَ حُذَيْفَةُ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: لاَ يَدْخُلُ اْلجَنَّةَ قَتَّاتٌ. مسلم 1: 101
Dari Hammam bin Harits, ia berkata : Ada seorang laki-laki yg suka melaporkan kepada penguasa. Ketika kami sedang duduk di masjid, orang-orang berkata, Ini orang yg suka melaporkan kepada penguasa ?. (Hammam) berkata, Lalu dia mendekat sehingga duduk bersama kami. Maka Hudzaifah berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, Tidak akan masuk surga orang yg suka berbuat namimah. [HR. Muslim juz 1, hal. 101]
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رض قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: اَلنَّمِيْمَةُ وَ الشَّتِيْمَةُ وَ اْلحَمِيَّةُ فِى النَّارِ. و فى لفظ: اِنَّ النَّمِيْمَةَ وَ اْلحِقْدَ فِى النَّارِ، لاَ يَجْتَمِعَانِ فِى قَلْبِ مُسْلِمٍ. الطبرانى، فى الترغيب و الترهيب 3: 497
Dari Ibnu ‘Umar RA, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, Namimah (adu-adu), syatimah (suka mencaci) dan hamiyyah (kesombongan) adlh di neraka. Dan dlm satu lafadh, Sesungguhnya namimah dan hiqdu (dendam) itu di neraka, kedua-duanya tidaklah bersemayam di dlm hati seorang muslim. [HR. Thabrani, dlm Targhib wat Tarhib juz 3, hal. 497]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: كُنَّا نَمْشِى مَعَ رَسُوْلِ اللهِ ص فَمَرَرْنَا عَلَى قَبْرَيْنِ فَقَامَ فَقُمْنَا مَعَهُ، فَجَعَلَ لَوْنُهُ يِتَغَيَّرُ حَتَّى رَعَدَكُمُّ قَمِيْصِهِ فَقُلْنَا: مَا لَكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ فَقَالَ: اَمَا تَسْتَمِعُوْنَ مَا اَسْمَعُ؟ فَقُلْنَا: وَ مَا ذَاكَ يَا نَبِيَّ اللهِ؟ قَالَ: هذَانِ رَجُلاَنِ يُعَذَّبَانِ فِى قُبُوْرِهِمَا عَذَابًا شَدِيْدًا فِى ذَنْبٍ هَيّنٍ. قُلْنَا: فِيْمَ ذَاكَ؟ قَالَ: كَانَ اَحَدُهُمَا لاَ يَسْتَنْزِهُ مِنَ اْلبَوْلِ. وَ كَانَ اْلآخَرُ يُؤْذِى النَّاسَ بِلِسَانِهِ وَ يَمْشِى بَيْنَهُمْ بِالنَّمِيْمَةِ، فَدَعَا بِجَرِيْدَتَيْنِ مِنْ جَرَائِدِ النَّخْلِ، فَجَعَلَ فِى كُلّ قَبْرٍ وَاحِدَةً. قُلْنَا: وَ هَلْ يَنْفَعُهُمْ ذلِكَ؟ قَالَ: نَعَمْ، يُخَفَّفُ عَنْهُمَا مَا دَامَتَا رَطْبَتَيْنِ. ابن حبان فى صحيحه، فى الترغيب و الترهيب 3: 498
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Dahulu kami pernah berjalan bersama Rasulullah SAW, lalu kami melewati dua buah qubur. Kemudian beliau berhenti, maka kamipun berhenti bersama beliau. Lalu wajah beliau berubah, sehingga bergetar ujung tangan ‎baju beliau. Kami bertanya, Mengapa engkau, ya Rasulullah ?. Beliau menjawab, Apakah kalian tak mendengar apa yg aku dengar ?. Kami bertanya, Apa, ya Nabiyallah ?. Beliau bersabda, Ini, dua orang laki-laki yg sedang disiksa di dlm quburnya dgn siksa yg keras lantaran dosa (yang mereka anggap) ringan. Kami bertanya, Kenapa mereka itu ?. Beliau menjawab, Salah satu dari keduanya dahulu dia tak bersih dari kencing. Adapun yg lain, dia dahulu biasa menyakiti orang-orang dgn lisannya, dan berjalan di tengah-tengah mereka dgn berbuat namimah. Lalu beliau meminta dua pelepah kurma, dan beliau menancapkan pd masing-masing qubur sebuah pelepah kurma. Kami bertanya, Apakah yg demikian itu bermanfaat kepada mereka ?.Beliau menjawab, Ya, diringankan (siksa) keduanya selama dua pelepah kurma itu masih basah. [HR. Ibnu Hibban di dlm shahihnya, dlm Targhib wat Tarhib juz 3, hal. 498]

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص مَرَّ بِقَبْرَيْنِ يُعَذَّبَانِ فَقَالَ: اِنَّهُمَا يُعَذَّبَانِ، وَ مَا يُعَذَّبَانِ فِى كَبِيْرٍ بَلَى اِنَّهُ كَبِيْرٌ. اَمَّا اَحَدُهُمَا فَكَانَ يَمْشِى بِالنَّمِيْمَةِ، وَ اَمَّا اْلآخَرُ فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ. البخارى و اللفظ له و مسلم و ابو داود و الترمذى و النسائى و ابن ماجه، فى الترغيب و الترهيب 3: 496
Dari Ibnu ‘Abbas RA, bahwasanya Rasulullah SAW pernah melewati dua qubur yg (penghuninya) sedang disiksa. Dan tidaklah keduanya disiksa lantaran perkara yg besar (menurut pandangan manusia), tetapi sesungguhnya perkara itu besar (menurut pandangan Allah). Adapun seseorang dari keduanya dahulu biasa kesana-kemari berbuat namimah. Adapun seseorang yg lain ialah dahulu tak menjaga (tidak bersih) dari kencing. [HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Majah. Lafadh ni bagi Bukhari, dlm Targhib wat Tarhib juz 3, hal. 496]
عَنْ اَبِى اُمَامَةَ رض قَالَ: مَرَّ النَّبِيُّ ص فِى يَوْمٍ شَدِيْدِ اْلحَرّ نَحْوَ بَقِيْعِ اْلغَرْقَدِ قَالَ: فَكَانَ النَّاسُ يَمْشُوْنَ خَلْفَهُ. قَالَ: فَلَمَّا سَمِعَ صَوْتَ النّعَالِ وَقَرَ ذلِكَ فِى نَفْسِهِ، فَجَلَسَ حَتَّى قَدَّمَهُمْ اَمَامَهُ لِئَلاَّ يَقَعَ فِى نَفْسِهِ شَيْءٌ مِنَ اْلكِبْرِ، فَلَمَّا مَرَّ بِبَقِيْعِ اْلغَرْقَدِ اِذَا بِقَبْرَيْنِ قَدْ دَفَنُوْا فِيْهِمَا رَجُلَيْنِ. قَالَ: فَوَقَفَ النَّبِيُّ ص فَقَالَ: مَنْ دَفَنْتُمُ اْليَوْمَ ههُنَا؟ قَالُوْا فُلاَنٌ وَ فُلاَنٌ. قَالُوْا يَا نَبِيَّ اللهِ، وَ مَا ذَاكَ؟ قَالَ: اَمَّا اَحَدُهُمَا فَكَانَ لاَ يَتَنَزَّهُ مِنَ اْلبَوْلِ، وَ اَمَّا اْلآخَرُ فَكَانَ يَمْشِى بِالنَّمِيْمَةِ، وَ اَخَذَ جَرِيْدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا، ثُمَّ جَعَلَهَا عَلَى اْلقَبْرِ. قَالُوْا: يَا نَبِيَّ اللهِ، لِمَ فَعَلْتَ هذَا؟ قَالَ: لِيُخَفَّفَنَّ عَنْهُمَا. قَالُوْا: يَا نَبِيَّ اللهِ، حَتَّى مَتَى هُمَا يُعَذّبَانِ؟ قَالَ: غَيْبٌ، لاَ يَعْلَمُهُ اِلاَّ اللهُ عَزَّ وَ جَلَّ. وَ لَوْ لاَ تَمَزُّعُ قُلُوْبِكُمْ وَ تَزَيُّدُكُمْ فِى اْلحَدِيْثِ لَسَمِعْتُمْ مَا اَسْمَعُ.احمد، فى الترغيب و الترهيب 3: 496
Dari Abu Umamah RA, ia berkata : Pada suatu hari yg sangat panas Nabi SAW berjalan lewat jurusan (quburan) Baqii’il Gharqad. Abu Umamah berkata, Maka setelah beliau mendengar suara sandal-sandal, beliau menenangkan diri lalu duduk, sehingga beliau mempersilakan orang-orang berjalan di depannya supaya tak timbul suatu kesombongan pd diri beliau. Setelah beliau melewati (quburan) Baqii’il Gharqad, tiba-tiba beliau melihat dua quburan orang laki-laki yg orang-orang (baru saja) menguburkannya.Nabi SAW bertanya, Siapa yg telah kalian qubur di sini pd hari ni ?. Mereka menjawab, Si Fulan dan si Fulan. Lalu mereka bertanya, Ya Nabiyallah, kenapa mereka itu ?. Nabi SAW menjawab, Adapun salah satu dari keduanya, dia tak bersih dari kencing, adapun yg lain, dia dahulu kesana-kemari berbuat namimah.Kemudian Nabi SAW mengambil pelepah kurma yg masih basah, lalu membelahnya dan menancapkannya pd qubur itu. Para shahabat bertanya, Ya Nabiyallah, mengapa engkau berbuat hal ni ?. Beliau SAW menjawab, Supaya diringankan (siksa) dari keduanya. Mereka bertanya, Ya Nabiyallah, sampai kapan mereka berdua itu disiksa ?. Nabi SAW menjawab, Itu hal yg ghaib, tak ada yg mengetahuinya kecuali Allah ‘Azza wa Jalla. Dan seandainya hati kalian tak keluh-kesah dan kalian tak banyak bicara, sesungguhnya kalian pasti mendengar apa yg aku dengar. [HR. Ahmad, dlm Targhib wat Tarhib juz 3, hal. 496]
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ بُسْرٍ رض عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: لَيْسَ مِنّى ذُوْ حَسَدٍ، وَ لاَ نَمِيْمَةٍ، وَ لاَ كَهَانَةٍ، وَ لاَ اَنَا مِنْهُ. ثُمَّ تَلاَ رَسُوْلُ اللهِ ص {وَ الَّذِيْنَ يُؤْذُوْنَ اْلمُؤْمِنِيْنَ وَ اْلمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوْا فَقَدِ احْتَمَلُوْا بُهْتَانًا وَّ اِثْمًا مُّبِيْنًا} الطبرانى، فىالترغيب و الترهيب 3: 499
Dari ‘Abdullah bin Busr, dari Nabi SAW, beliau bersabda, Bukan dari golonganku orang yg pendengki, orang yg berbuat namimah, dan orang yg percaya kepada dukun, dan aku bukan dari golongannya. Kemudian Rasulullah SAW membaca ayat Walladziina yu’dzuunal mu’miniina wal mu’minaati bighairi maktasabuu faqadihtamaluu buhtaanaw waitsmam mubiina (Dan orang-orang yg menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan tanpa kesalahan yg mereka lakukan, maka sungguh mereka itu telah berbuat kebohongan dan dosa yg nyata). QS. Al-Ahzaab:58. [HR. Thabrani, dlm Targhib wat Tarhib juz 3, hal. 499]
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ غَنْمٍ يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ ص: خِيَارُ عِبَادِ اللهِ الَّذِيْنَ اِذَا رُءُوْا ذُكِرَ اللهُ، وَ شِرَارُ عِبَادِ اللهِ اْلمَشَّاءُوْنَ بِالنَّمِيْمَةِ اْلمُفَرّقُوْنَ بَيْنَ اْلأَحِبَّةِ اَلْبَاغُوْنَ لِلْبُرَآءِ اْلعَنَتَ. احمد، فى التغيب و الترهيب 3: 499
Dari ‘Abdurrahman bin Ghanmin, dari Nabi SAW, beliau bersabda, Sebaik-baik hamba Allah ialah orang-orang yg apabila mereka itu dipuji, disebutlah nama Allah, dan seburuk-buruk hamba Allah ialah orang-orang yg berjalan kesana-kemari berbuat namimah, orang-orang yg memecah persatuan dgn mencari-cari cela dan keburukan orang-orang yg bersih. [HR. Ahmad, dlm Targhib wat Tarhib juz 3, hal. 499]
عَنِ اْلعَلاَءِ بْنِ اْلحَارِثِ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اَلْهَمَّازُوْنَ وَ اللَّمَّازُوْنَ وَ اْلمَشَّاءُوْنَ بِالنَّمِيْمَةِ اْلبَاغُوْنَ لِلْبُرَآءِ اْلعَنَتَ يَحْشُرُهُمُ اللهُ فِى وُجُوْهِ اْلكِلاَبِ. ابو الشيخ ابن حبان، فى الترغيب و الترهيب 3: 500
Dari Al-’Alaa’ bin Al-Harits RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, Orang-orang tukang pengumpat, tukang pencela dan orang-orang yg berjalan kesana-kemari dgn berbuat namimah yg mencari-cari cela dan keburukan orang-orang yg bersih, Allah akan mengumpulkan mereka itu dlm bentuk wajah-wajah anjing. [HR. Abusy-Syaikh Ibnu Hibban, dlm Targhib wat Tarhib juz 3, hal. 500]
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ قَالَ: اِنَّ مُحَمَّدًا ص قَالَ: اَلاَ اُنَبّئُكُمْ مَا اْلعَضْهُ. هِيَ النَّمِيْمَةُ اْلقَالَةُ بَيْنَ النَّاسِ. وَ اِنَّ مُحَمَّدًا ص قَالَ: اِنَّ الرَّجُلَ يَصْدُقُ حَتَّى يُكْتَبَ صِدّيْقًا وَ يَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ كَذَّابًا. مسلم 4: 2012
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud, ia berkata :Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, Maukah aku beritahukan kepada kalian, apakah al-’adlhu itu ?. Al-’adlhu adlh perbuatan namimah yg tersebar di tengah-tengah manusia. Dan sesungguhnya Nabi SAW bersabda, Sesungguhnya seseorang berbuat jujur sehingga dicatat sebagai orang yg jujur, dan seseorang berbuat dusta sehingga dicatat sebagai pendusta. [HR. Muslim juz 4, hal. 2012]
Hukum Mengadu Domba/Namimah
Mengadu domba adlh perbuatan yg paling buruk di antara perbuatan-perbuatan buruk, tapi paling banyak terjadi di antara sesama manusia hingga tak ada orang bisa terhindar dari perbuatan itu kecuali sedikit sekali. Kaum muslimin telah bersepakat menyatakan bahwa mengadu domba itu adlh perbuatan yg diharamkan, karena banyak dalil-dalil dari Al-Qur’an dan An-Sunnah yg secara tegas menyatakan bahwa perbuatan itu adlh haram. Al-Hafizh Al-Mankhari berkata: Umat ni telah sepakat mengharamkan namimah, dan jg menyatakan bahwa namimah adlh termasuk diantara dosa yg paling besar di sisi Allah Subhaanahu Wata’aala.
Namimah diharamkan karena dpt menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kaum Muslimin.
Faktor-faktor yg Mendorong Timbulnya Adu Domba
Sesungguhnya di antara faktor-faktor yg mendorong seseorang mengadu domba antar sesamanya adlh beberapa hal yg tersembunyi, antara lain: Sebagian orang tak tahu bahwa mengadu domba adlh perbuatan yg diharamkan bahkan termasuk di antara yg berdosa besar yg dpt menimbulkan permusuhan, memutuskan tali persaudaraan, menghancurkan keharmonisan rumah tangga dan menebarkan kebencian di antara sesama kaum Muslimin.
Melampiaskan apa yg ada di dlm hati yg berupa iri dan dengki, yaitu dgn mengadu domba di antara orang yg saling mencintai dan berusaha untk merendahkan orang yg dibenci itu di hadapan orang lain. Mencari simpati dari rekan-rekan sepergaulan dan berusaha untk mengadakan pendekatan kepada mereka dgn memberikan berita baru / sesuatu hingga mereka memperhatikan kepadanya.
Adanya keinginan untk menimbulkan keburukan terhadap orang yg diceritakan, misalnya dgn mengutip omongan orang yg dimaksud kepada seseorang yg berkuasa, / karena adanya keinginan untk mendatangkan marabahaya terhadap orang yg dibencinya dgn berbagai macam cara. Menampakkan kecintaan dan berusaha mengadakan pendekatan kepada orang yg diajak bicara dgn berusaha seakan-akan ia adlh salah satu di antara orang-orang yg mencintainya sehingga tak ridha dgn perkataan orang lain tentangnya, untk itu disampaikan kepadanya semua ucapan tentangnya, bahkan mungkin dgn menambah-nambahinya agar ia lebih dicintai oleh orang yg diajak bicaranya itu.
Sekedar main-main dan bergurau, karena pd kenyataannya banyak perkumpulan yg diselenggarakan sekadar untk mengundang tawa, senda gurau dan mengutip omongan yg beredar di antara mereka.
Adanya keinginan untk mengada-ada dan mengetahui rahasia orang lain serta menimbulkan surprise di kalangan manusia, sehingga untk maksud itu ia mengutip ucapan seseorang untk membuka rahasia orang lain.
Bagaimana Menyikapi Orang yg Suka Mengadu Domba?
Setiap orang yg menerima berita tentang dirinya bahwa Fulan berkata tentangmu begini dan begitu, / Fulan telah memperlakukan terhadap hakmu dgn begini dan begitu, / Fulan telah merencanakan sesuatu untk merusak urusanmu / untk menjelekkanmu, / ungkapan-ungkapan serupa lainnya, maka untk mengatasi hal semacam itu hendaklah ia melakukan enam hal berikut:
Tidak percaya kepadanya, karena orang yg suka mengadu domba adlh seorang yg fasik dan kesaksiannya tak dpt diterima, Allah Subhaanahu Wata’aala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَة
Hai orang-orang yg beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dgn teliti, agar kamu tak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya. (Al-Hujurat: 6).
Melarangnya melakukan hal itu, menasihatinya dan mengatakan kepadanya bahwa perbuatannya itu adlh perbuatan buruk. Allah berfirman:
وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَر
Dan suruhlah (manusia) mengerjakan yg baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yg mungkar. (Luqman: 17).
Hendaklah ia marah kepada orang tersebut karena Allah, sebab orang yg berbuat demikian adlh orang yg dimurkai di sisi Allah, maka wajib marah kepada siapa yg dimurkai Allah.
Jangan berburuk sangka kepada sesama Muslim yg tak ada di hadapan anda, berdasarkan firman Allah:
اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْم
Jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adlh dosa. (Al-Hujurat: 12).
Jangan sampai khabar yg anda terima itu mendorong anda untk mencari-cari dan memastikan kesalahan orang lain, hal ni berdasarkan firman Allah:
وَلا تَجَسَّسُوا
Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain. (Al-Hujurat: 12).
Janganlah anda merasa puas diri karena anda berhasil mencegah seseorang untk mengadu domba, dan jangan sekali-kali anda menceritakan itu kepada orang lain dgn mengatakan, bahwa Fulan berkata kepadaku begini dan begitu, jika hal itu anda lakukan maka anda telah berbuatnamimah dan menggunjing orang lain, yg berarti anda melakukan sesuatu yg anda sendiri telah melarangnya.
Al-Hasan berkata: Barangsiapa yg mengadu kepadamu berarti ia telah mengadu domba kamu, hal ni merupakan suatu isyarat bahwa orang yg mengadu domba patut untk dibenci, tak dipercaya kata-katanya dan patut pula untk dikucilkan dlm pergaulan, sebab orang yg melakukan itu tak terlepas dari perbuatan dusta, membicarakan aib orang, khianat, iri, dengki, nifaq, menyebabkan rusaknya hubungan antara sesama manusia, dan orang yg melakukan perbuatan itu termasuk orang yg berusaha memutuskan tali (persaudaraan) yg Allah perintahkan untk menjalinnya, serta termasuk orang yg melakukan kerusakan di muka bumi.
Allah Subhaanahu Wata’aala berfirman:
إِنَّمَا السَّبِيلُ عَلَى الَّذِينَ يَظْلِمُونَ النَّاسَ وَيَبْغُونَ فِي الأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقّ
Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yg berbuat zhalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak.(Asy-Syura: 42).Dan orang yg suka mengadu domba temasuk di antara mereka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ مِنْ شَرَارِ النَّاسِ مَنِ اتَّقَاهُ النَّاسُ مِنْ شَرِّهِ.
Sesungguhnya yg termasuk manusia jahat adlh yg ditakuti orang lain karena kejahatannya.
Dan orang yg berbuat namimah termasuk di antara mereka.Beliau bersabda pula:
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ. قِيْلَ: وَمَا الْقَاطِعُ؟ قَالَ: قَاطِعٌ بَيْنَ النَّاسِ.
Tidak masuk Surga orang yg memutuskan, beliau ditanya: Memutuskan apa?. Beliau bersabda: Yang memutuskan hubungan antara sesama manusia.
Dan itu adlh orang yg berbuatnamimah. Ada jg yg berpendapat bahwa maksud dari hadits ni adlh orang yg memutuskan tali persaudaraan.
Mush’ab bin Umair berkata: Kami berpendapat bahwa menerima laporan yg bersifat mengadu domba adlh lebih jahat daripada perbuatan adu domba itu sendiri, karena laporan yg bersifat mengadu domba adlh petunjuk, sementara menerimanya berarti melakukan petunjuk itu. Adalah tak sama antara orang yg menunjukkan pd sesuatu dgn orang yg melakukan sesuatu. Maka waspadalah terhadap orang yg mengadu domba, walaupun ucapannya itu jujur tapi di balik kejujurannya itu ia adlh seorang penjilat, karena dgn begitu berati ia tak menjaga kehormatan orang lain dan tak menutupi aib sesama.
Sikap Terhadap Pelaku Namimah
Imam An-Nawawi berkata, Dan tiap orang yg disampaikan kepadanya perkataan namimah, dikatakan kepadanya: Fulan telah berkata tentangmu begini begini. Atau melakukan ni dan ni terhadapmu, maka hendaklah ia melakukan enam perkara berikut:
Tidak membenarkan perkataannya. Karena tukang namimah adlh orang fasik. Mencegahnya dari perbuatan tersebut, menasehatinya dan mencela perbuatannya.
Membencinya karena Allah, karena ia adlh orang yg dibenci di sisi Allah. Maka wajib membenci orang yg dibenci oleh Allah.
Tidak berprasangka buruk kepada saudaranya yg dikomentari negatif oleh pelaku namimah.
Tidak memata-matai / mencari-cari aib saudaranya dikarenakan namimah yg didengarnya.
Tidak membiarkan dirinya ikut melakukan namimah tersebut, sedangkan dirinya sendiri melarangnya. Janganlah ia menyebarkan perkataan namimah itu dgn mengatakan, Fulan telah menyampaikan padaku begini dan begini. Dengan begitu ia telah menjadi tukang namimahkarena ia telah melakukan perkara yg dilarang tersebut..
Bukan Termasuk Namimah
Apakah semua bentuk berita tentang perkataan/perbuatan orang dikatakan namimah? Jawabannya, tidak. Bukan termasuk namimah seseorang yg mengabari orang lain tentang apa yg dikatakan tentang dirinya apabila ada unsur maslahat di dalamnya. Hukumnya bisa sunnat / bahkan wajib bergantung pd situasi dan kondisi. Misalnya, melaporkan pd pemerintah tentang orang yg mau berbuat kerusakan, orang yg mau berbuat aniaya terhadap orang lain, dan lain-lain. An-Nawawi rahimahullah berkata, Jika ada kepentingan menyampaikan namimah, maka tak ada halangan menyampaikannya. Misalnya jika ia menyampaikan kepada seseorang bahwa ada orang yg ingin mencelakakannya, / keluarga / hartanya.
Pada kondisi seperti apa menyebarkan berita menjadi tercela? Yaitu ketika ia bertujuan untk merusak. Adapun bila tujuannya adlh untk memberi nasehat, mencari kebenaran dan menjauhi/mencegah gangguan maka tak mengapa. Akan tetapi terkadang sangat sulit untk membedakan keduanya. Bahkan, meskipun sudah berhati-hati, ada kala niat dlm hati berubah ketika kita melakukannya. Sehingga, bagi yg khawatir adlh lebih baik untk menahan diri dari menyebarkan berita.
Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata, Seseorang selayaknya memikirkan apa yg hendak diucapkannya. Dan hendaklah dia membayangkan akibatnya. Jika tampak baginya bahwa ucapannya akan benar-benar mendatangkan kebaikan tanpa menimbulkan unsur kerusakan serta tak menjerumuskan ke dlm larangan, maka dia boleh mengucapkannya. Jika sebaliknya, maka lebih baik dia diam.
Wallohul Musta'an Ila Thoririljinan

0 Response to "Penjelasan Tentang Namimah (adu-Adu)"

Posting Komentar

Contact

Nama

Email *

Pesan *